Skip to main content

Efisien Dengan Smartphone


Semenjak Prince menggunakan hp jadulnya, aku jadi terinspirasi untuk menyederhanakan isi smartphoneku, supaya aku nggak sedikit-sedikit lihat hp.

Tapi aku bukan Prince. 

Walaupun kami pasangan, tinggal serumah, bukan berarti gaya hidup kami sama persis plek.

Aku sih ogah kalau balik ke jaman purbakala, menggunakan hp yang monokrom, dengan keyboard bukan qwerty dan pilihan ringtonenya jayus. Itu bukan aku banget.

Yang bisa dipetik dari gaya hidup bertelpon-rianya Prince adalah efisiensi.

Jika dia bisa efisien dan produktif dengan hp jadulnya, maka dengan teknologi yang lebih baik, mustinya aku bisa lebih produktif dan efisien dengan smartphoneku.

Teknologi mustinya membuat waktu luang kita lebih banyak. Contoh sederhana : mesin cuci. Tinggal masukkan baju lalu pencet tombol, kita bisa mengerjakan hal lain.

Begitu juga dengan smartphone. Harusnya smartphone membuat waktu luang kita lebih banyak, bukannya sebaliknya.

Caranya? Menghilangkan aplikasi yang membuat waktuku menjadi tidak efisien. 


Vlog di atas ini sangat membantuku. Luangkan waktu untuk menonton, cuma 3 menit kok.

Comments

Popular posts from this blog

Memilih Dengan Prinsip Pareto

Prinsip Pareto dipopulerkan oleh pemikir manajemen bisnis, Joseph M Juran, yang menamakannya berdasarkan ekonom Italia, Vilfredo Pareto yang  mengamati bahwa 80% pendapatan di italia dimiliki oleh 20% populasi pada saat itu. Prinsipnya : pada setiap kejadian, sekitar 80% efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Dalam implementasinya, prinsip 80/20 ini ternyata tidak hanya dapat diterapkan untuk bisnis, tapi hampir semua hal. Termasuk caraku hidup. Jadi aku cek ulang rencana hidupku, pekerjaanku, gaya hidupku sehari-hari. Apakah aku menggunakan 20% untuk menghasilkan 80%? Atau malah sebaliknya.  Contoh penerapan yang simpel dalam sehari-hari : - Memilih 20% aplikasi yg penting di hp utk mendapatkan 80% produktifitas kerja - Memilih jumlah pakaian 20% aja untuk mendapatkan 80% stlye dan kualitas paripurna  - Memilih fokus 20% menyelesaikan target untuk mendapatkan 80% goal Dan kalau prinsipnya terbalik, - Memilih 80% aplikasi socmed di hp, pasti kerjaan

Babak baru (lagi)

Males ah nulis yang serius-serius. Nulis yang lucu-lucu aja. 

Mensyukuri Hidup

Aku masih ingat saat pertama kali masuk kuliah, semua mahasiswa diberikan kertas yang harus dijawab, pertanyaannya adalah "Apa tujuan hidup anda?".  Pertanyaan singkat, tapi kepalaku langsung mumet.  Saat itu aku ngawur, ngarang bebas. Aku menulis bahwa sebagai manusia, aku hidup untuk menjaga & merawat bumi. Maka dari itulah, aku memilih jurusan arsitektur supaya bisa membuat dunia menjadi lebih indah. Nggedabrus pol. Padahal sampai detik ini, dalam menempuh perjalanan hidup ke depan, semuanya masih misteri yang belum bisa kupecahkan. Tujuan hidupku masih samar-samar.  Dalam sebuah acara, Cak Nun pernah bilang begini, " Nyari  tujuan hidup nggak akan selesai, mending nemu  hikmahnya aja." Setuju Cak ! Ibaratnya saat perjalanan keluar kota, lebih asik menikmati pemandangan saat perjalanan daripada mikir tujuan harus ini itu dan sebagainya.  Jadi daripada mikir ruwet tujuan hidup, mendingan aku santai menikmati perjalanan hidupku ajalah. Menurutku itulah cara ter