Skip to main content

Hidup Tanpa Smartphone


Ketika smartphone milik Prince mati total, dia kembali menggunakan handphone lamanya yang hanya bisa digunakan utk telepon dan SMS. 

Setelah kuingat-ingat, ternyata sudah hampir 8 bulan dia menggunakan hp jadulnya ! 

Hidup tanpa smartphone? Haduuh, kok bisa sih ya?

Tapi dia ternyata sangat menikmatinya & bilang tidak tertarik untuk membeli smartphone. 

Sumpe luuu?

Yes, karena hidupku jadi lebih efisien. Begitu katanya.

Prince memang tidak memiliki social media, satu-satunya socmed yang dia miliki hanyalah friendster yang sudah lama tamat riwayatnya. 

Kontras banget ya sama aku yang punya akun dimana-mana.. #eaaaak

Semenjak dia tidak menggunakan WA, line & telegram, dia merasa lebih merdeka, karena tidak perlu membaca info sampah politik & agama yang di share dari grup-grup yang terpaksa diikuti. 

Telpon dan SMS yang diterima hanyalah kabar yang betul-betul penting. 

Bukankah kita semua tidak rela membuang pulsa untuk SMS hanya untuk sekedar bertanya, "hai, apa kabar?". Kalau SMS atau telpon sih mending untuk yang bener-bener penting. Iya kan?

Satu lagi, ketika menggunakan smartphone, kehadirannya seolah ada di dua tempat. Sehingga tidak fokus saat berbicara dengan orang lain atau ketika pergi ke sebuah tempat, jadi lupa menikmati suasana karena sibuk dengan kamera hp. 

Sekarang dia merasa hidup 100% di dunia nyata. 

"Dunia maya? Apa itu? Udah lupa tuh.."

Comments

Popular posts from this blog

Memilih Dengan Prinsip Pareto

Prinsip Pareto dipopulerkan oleh pemikir manajemen bisnis, Joseph M Juran, yang menamakannya berdasarkan ekonom Italia, Vilfredo Pareto yang  mengamati bahwa 80% pendapatan di italia dimiliki oleh 20% populasi pada saat itu. Prinsipnya : pada setiap kejadian, sekitar 80% efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Dalam implementasinya, prinsip 80/20 ini ternyata tidak hanya dapat diterapkan untuk bisnis, tapi hampir semua hal. Termasuk caraku hidup. Jadi aku cek ulang rencana hidupku, pekerjaanku, gaya hidupku sehari-hari. Apakah aku menggunakan 20% untuk menghasilkan 80%? Atau malah sebaliknya.  Contoh penerapan yang simpel dalam sehari-hari : - Memilih 20% aplikasi yg penting di hp utk mendapatkan 80% produktifitas kerja - Memilih jumlah pakaian 20% aja untuk mendapatkan 80% stlye dan kualitas paripurna  - Memilih fokus 20% menyelesaikan target untuk mendapatkan 80% goal Dan kalau prinsipnya terbalik, - Memilih 80% aplikasi socmed di hp, pasti kerjaan

Babak baru (lagi)

Males ah nulis yang serius-serius. Nulis yang lucu-lucu aja. 

Latihan Mindfulness

"Hidup itu perlu merayakan saat ini, disini-kini. Tidak terikat masa lalu dan tidak berkhayal masa depan." Aduh, aku mendadak bete, tadi aku udah nulis panjang lebar ternyata nggak kusave, jadinya hilang. Jadi musti ngulang dari awal. *garuk-garuk aspal*. Balik ke topik awal.  Sejujurnya pikiranku sangat liar dan sering loncat-loncat ke masa lalu & masa depan. Sangat sulit untuk di kontrol, sehingga aku nggak pernah bisa fokus untuk hadir saat ini.  Nah kalau sulit untuk fokus hadir saat ini, gimana bisa menikmati hidup? Aku masih sering berlatih, tapi hasilnya nggak bisa maksimal. Yaiyalah nin, semua butuh proses kelesss.. Jadi sejak kemarin kuputuskan untuk mencatat pengalaman hadir saat ini di notes mungil.  Di bawah ini, salah satu contoh kecil dari yang kutuliskan kemarin. Senin, 10 Juli 2017 06:14 kaki kananku kesemutan, kudengar jam di ruang ini berdetak tick-tock-tick-tock, kudengar mobil tetangga sebelah kanan dikeluarkan, burung di depan rumah berkicau sahut-sah