Skip to main content

Mengenal Diri Sendiri


Banyak cara untuk mengenal diri sendiri, menurutku salah satu yang paling gampang adalah puasa.

Puasa itu tidak sekedar menahan nafsu makan dan minum saja, tapi berkaitan dengan mekanisme kehidupan, menyangkut segala kenikmatan dan penderitaan didalamnya. 

Tindakanku saat puasa adalah cerminan situasi ketika hidupku lagi di bawah, sedang merana & tidak berdaya. 

Tapi sudah terlalu banyak yang membahas tentang puasa di luar sana. Jadi mari kita bahas ketika berbuka puasa aja.

Nggak usah muluk-muluk bahas saat berbuka harus ini itu dan sebagainya. Aku membahas yang paling simpel, persoalan makan & minum.

Jika puasa sekedar dimaknai sebagai menahan lapar dan haus aja, maka wujud asli kita terlihat setelah adzan maghrib berkumandang. 

Yang paling bikin puasa kita percuma adalah ketika saat berbuka kita melahap apapun, seperti balas dendam.

Berbuka puasa itu semacam simbol dari kenikmatan dunia yang kita dapatkan. 

Jika aku awalnya bokek, tiba-tiba dapat undian 100 milyar, wujud asliku akan jelas terlihat. Aku bisa terlihat serakah, bingung atau bijak. 

Jadi saat aku berbuka puasa, biasanya aku menilai diri sendiri, langsung makan gila-gilaan, bingung memilih atau jadi nggak nafsu makan.

Lalu aku membatin, di umur berapa ya kira-kira aku mencapai level pencapaian tertinggi? Kita lihat tahun depan. 

Kenapa? Karena banyaknya undangan bukber tahun ini bikin gagal total..

Comments

Popular posts from this blog

Memilih Dengan Prinsip Pareto

Prinsip Pareto dipopulerkan oleh pemikir manajemen bisnis, Joseph M Juran, yang menamakannya berdasarkan ekonom Italia, Vilfredo Pareto yang  mengamati bahwa 80% pendapatan di italia dimiliki oleh 20% populasi pada saat itu. Prinsipnya : pada setiap kejadian, sekitar 80% efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Dalam implementasinya, prinsip 80/20 ini ternyata tidak hanya dapat diterapkan untuk bisnis, tapi hampir semua hal. Termasuk caraku hidup. Jadi aku cek ulang rencana hidupku, pekerjaanku, gaya hidupku sehari-hari. Apakah aku menggunakan 20% untuk menghasilkan 80%? Atau malah sebaliknya.  Contoh penerapan yang simpel dalam sehari-hari : - Memilih 20% aplikasi yg penting di hp utk mendapatkan 80% produktifitas kerja - Memilih jumlah pakaian 20% aja untuk mendapatkan 80% stlye dan kualitas paripurna  - Memilih fokus 20% menyelesaikan target untuk mendapatkan 80% goal Dan kalau prinsipnya terbalik, - Memilih 80% aplikasi socmed di hp, pasti kerjaan

Babak baru (lagi)

Males ah nulis yang serius-serius. Nulis yang lucu-lucu aja. 

Mensyukuri Hidup

Aku masih ingat saat pertama kali masuk kuliah, semua mahasiswa diberikan kertas yang harus dijawab, pertanyaannya adalah "Apa tujuan hidup anda?".  Pertanyaan singkat, tapi kepalaku langsung mumet.  Saat itu aku ngawur, ngarang bebas. Aku menulis bahwa sebagai manusia, aku hidup untuk menjaga & merawat bumi. Maka dari itulah, aku memilih jurusan arsitektur supaya bisa membuat dunia menjadi lebih indah. Nggedabrus pol. Padahal sampai detik ini, dalam menempuh perjalanan hidup ke depan, semuanya masih misteri yang belum bisa kupecahkan. Tujuan hidupku masih samar-samar.  Dalam sebuah acara, Cak Nun pernah bilang begini, " Nyari  tujuan hidup nggak akan selesai, mending nemu  hikmahnya aja." Setuju Cak ! Ibaratnya saat perjalanan keluar kota, lebih asik menikmati pemandangan saat perjalanan daripada mikir tujuan harus ini itu dan sebagainya.  Jadi daripada mikir ruwet tujuan hidup, mendingan aku santai menikmati perjalanan hidupku ajalah. Menurutku itulah cara ter