Skip to main content

Menciptakan Ritme Hidup Seimbang


Sejak ada internet, aku merasa ritme hidupku makin nggak santai, semuanya cepat, seperti lari terbirit-birit di uber-uber waktu.

Dulu aku sabar menunggu balasan surat berminggu-minggu. Sekarang email nggak dibales, jadi gemes, bikin senewen, lalu buru-buru telepon minta email yang kukirim untuk di cek segera.

Dulu aku sabar menanti datangnya paket seminggu lamanya, sekarang kalau belanja online pengennya hari ini juga barangnya dateng. 

Dulu aku sabar nunggu orang se-jam kalau janjian, sekarang baru tiba di tempat, nggak sabar nunggu & langsung WA, "udah disini nih, kamu nyampe mana?"

Dan masih banyak lagi..

Ritme sekarang kadang melelahkan dan membuatku makin nggak sabaran.

Sehingga untuk menyeimbangkan hidup, aku merasa perlu slow motion..

Saat aku pulang kerumah, lalu membuka pintu pagar dan masuk rumah, aku ingin suasananya berubah menjadi slow motion. Semua yang serba cepat di luar sana, seketika melambat..

Emang bisa? Caranya? 
Ya ciptakan aja sendiri suasana slow motion.

Dirumah aku memilih membaca buku, bukan e-book. Nggak tau kenapa, kalau baca e-book bawaannya pengen speed reading melulu. Jadi aku menggunakan waktu luangku untuk membaca buku pelan-pelan, mencerna isinya lebih baik lalu tenggelam dalam kenikmatan membaca.

Saat dirumah, aku memilih mendengarkan musik lewat CD sambil membuka sampul dan ikut bernyanyi sambil membaca liriknya. Lagu yang kuputar menjadi terdengar lebih enak, pikiran juga jadi rileks. Kalau lewat internet sering nggak sabaran pengen ngeklik lagu berikutnya atau jadi sibuk nyari lagu.

Ketika aku makan dirumah, makanan terasa jauh lebih lezat saat aku perlahan memasukkan ke dalam mulut, menikmati setiap gigitan dan benar-benar merasakan cita rasanya.

Saat membersihkan rumah, daripada aku melakukan 10 hal sekaligus, lebih baik aku melakukan 3 hal yang paling penting. Setrika atau nyuci baju nggak perlu tiap hari, seminggu sekali aja. 

Sesudah aku hidup melambat di dalam rumah, harapanku ketika aku keluar rumah pikiranku jauh lebih fresh, lebih tenang, jadi lebih semangat.


Comments

Popular posts from this blog

Memilih Dengan Prinsip Pareto

Prinsip Pareto dipopulerkan oleh pemikir manajemen bisnis, Joseph M Juran, yang menamakannya berdasarkan ekonom Italia, Vilfredo Pareto yang  mengamati bahwa 80% pendapatan di italia dimiliki oleh 20% populasi pada saat itu. Prinsipnya : pada setiap kejadian, sekitar 80% efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Dalam implementasinya, prinsip 80/20 ini ternyata tidak hanya dapat diterapkan untuk bisnis, tapi hampir semua hal. Termasuk caraku hidup. Jadi aku cek ulang rencana hidupku, pekerjaanku, gaya hidupku sehari-hari. Apakah aku menggunakan 20% untuk menghasilkan 80%? Atau malah sebaliknya.  Contoh penerapan yang simpel dalam sehari-hari : - Memilih 20% aplikasi yg penting di hp utk mendapatkan 80% produktifitas kerja - Memilih jumlah pakaian 20% aja untuk mendapatkan 80% stlye dan kualitas paripurna  - Memilih fokus 20% menyelesaikan target untuk mendapatkan 80% goal Dan kalau prinsipnya terbalik, - Memilih 80% aplikasi socmed di hp, pasti kerjaan

Babak baru (lagi)

Males ah nulis yang serius-serius. Nulis yang lucu-lucu aja. 

Mensyukuri Hidup

Aku masih ingat saat pertama kali masuk kuliah, semua mahasiswa diberikan kertas yang harus dijawab, pertanyaannya adalah "Apa tujuan hidup anda?".  Pertanyaan singkat, tapi kepalaku langsung mumet.  Saat itu aku ngawur, ngarang bebas. Aku menulis bahwa sebagai manusia, aku hidup untuk menjaga & merawat bumi. Maka dari itulah, aku memilih jurusan arsitektur supaya bisa membuat dunia menjadi lebih indah. Nggedabrus pol. Padahal sampai detik ini, dalam menempuh perjalanan hidup ke depan, semuanya masih misteri yang belum bisa kupecahkan. Tujuan hidupku masih samar-samar.  Dalam sebuah acara, Cak Nun pernah bilang begini, " Nyari  tujuan hidup nggak akan selesai, mending nemu  hikmahnya aja." Setuju Cak ! Ibaratnya saat perjalanan keluar kota, lebih asik menikmati pemandangan saat perjalanan daripada mikir tujuan harus ini itu dan sebagainya.  Jadi daripada mikir ruwet tujuan hidup, mendingan aku santai menikmati perjalanan hidupku ajalah. Menurutku itulah cara ter